## Kuliner Nepal: Perpaduan Rasa dan Budaya dari Himalaya hingga Dataran Rendah
Nepal, negeri yang diapit oleh pegunungan Himalaya yang megah dan dataran rendah subur, menawarkan kekayaan kuliner yang mencerminkan keragaman etnis, geografis, dan budayanya. Lebih dari sekadar sekumpulan hidangan, kuliner Nepal adalah sebuah narasi yang menceritakan sejarah, tradisi, dan kehidupan masyarakatnya. Dari puncak Himalaya yang dingin hingga lembah-lembah subur di selatan, setiap wilayah memiliki kekhasan rasa dan bahan-bahan yang unik. Mari kita jelajahi perjalanan kuliner yang menggugah selera ini.
**Dal Bhat Tarkari: Hidangan Nasional yang Tak Lekang Oleh Waktu**
Tidak ada perjalanan kuliner Nepal yang lengkap tanpa mencicipi *Dal Bhat Tarkari*, hidangan pokok yang dimakan dua kali sehari oleh sebagian besar penduduk, khususnya masyarakat Khas. *Dal*, sup kental berbahan dasar lentil dan rempah-rempah aromatik, menjadi pusat hidangan ini. *Bhat*, biasanya nasi putih, terkadang digantikan dengan biji-bijian lain seperti gandum, jagung (*makai*), soba (*fapar*), jelai (*jau*), atau millet (*kodo*) tergantung ketersediaan di masing-masing wilayah. *Tarkari*, kari sayur, melengkapi hidangan dengan variasi sayuran segar dan lezat. Bayangkan paduan *sag* (bayam), *gundruk* atau *sinki* (sayuran fermentasi dan kering), *mula* (lobak putih), *alu* (kentang), *simi* (kacang hijau), *golbeda* (tomat), *kauli* (kembang kol), *bandakopi* (kubis), dan *farsi* (labu). Rasa pedas dan segar ditambahkan dengan *achaar* (acar), yang dapat berupa acar mentimun atau *gundruk ko achar* (acar daun sawi kering), dan *mula ko achar* (acar lobak). Irisan lemon (*nibuwa*) atau jeruk nipis (*kagati*), cabai hijau (*hariyo khursani*), dan *papad* goreng menambah cita rasa yang sempurna. Sebagai pelengkap, hidangan bercita rasa Islami seperti *kheer* (bubur beras), *sewai*, dan *biryani* juga turut hadir dalam meja makan Nepal.
**Dhindo: Cita Rasa Nasional yang Hangat dari Pegunungan**
*Dhindo*, hidangan nasional Nepal, merupakan bubur kental yang terbuat dari tepung millet atau jagung. Teksturnya yang unik dan hangat sangat cocok untuk iklim pegunungan yang dingin. *Dhindo* umumnya disajikan dengan *achaar*, terutama *achaar* dari *gundruk*, bayam kering yang memberikan cita rasa gurih dan sedikit asam.
**Chaurasi Byanjan: Perayaan Rasa dalam 84 Hidangan**
Untuk merasakan kemegahan kuliner Nepal, *Chaurasi Byanjan* adalah pilihan yang tepat. Hidangan ini terdiri dari 84 sajian berbeda yang disajikan di atas *patravali*, piring besar dari daun pisang. *Chaurasi Byanjan* biasanya disajikan dalam acara pernikahan dan *Pasni* (upacara pemberian makan nasi). Kemewahan rasa dan keindahan penyajiannya menggambarkan keramahan dan kekayaan budaya Nepal.
**Momo: Dumpling Khas Himalaya yang Mendunia**
*Momo*, dumpling khas Himalaya yang diisi dengan daging cincang (awalnya daging kerbau, kini umum menggunakan daging kambing atau ayam, serta varian vegetarian) dan dibungkus dengan adonan tepung, merupakan hidangan yang sangat populer di Nepal dan wilayah sekitarnya seperti Sikkim, Darjeeling, dan Kalimpong di India. *Momo* dapat dikukus, digoreng, atau direbus, menciptakan variasi tekstur dan rasa yang menggugah selera.
**Sel Roti, Finni Roti, dan Patre: Manisan Khas Perayaan**
Saat perayaan seperti Tihar, hidangan spesial seperti *sel roti* (roti beras berbentuk cincin), *finni roti*, dan *patre* hadir sebagai suguhan manis yang lezat. *Sel roti*, roti beras manis yang berbentuk unik, menjadi ikon kuliner Nepal.
**Pengaruh Tibet dan India: Perpaduan Rasa yang Harmonis**
Kuliner Nepal juga dipengaruhi oleh budaya Tibet dan India, menghasilkan perpaduan cita rasa yang unik dan lezat. *Chow mein*, misalnya, merupakan hidangan mie goreng bergaya Cina yang sangat digemari di Nepal.
**Kekayaan Buah-buahan dan Sayuran di Dataran Tinggi**
Iklim sedang di daerah perbukitan Nepal sangat ideal untuk pertanian hortikultura. Buah-buahan seperti jeruk mandarin (*suntala*), jeruk nipis (*kagati*), jeruk lemon (*kaagati*), pir Asia (*nashpati*), bayberry (*kaphal*), mangga (*aanp*), apel (*syauu*), persik (*aaru*), plum (*aalcha* atau *aarubakhara*), dan aprikot (*kurpani*) tumbuh subur di sini. Kelebihan hasil panen seringkali diolah menjadi minuman beralkohol, acar, buah kering, dan jus buah, bahkan menjadi bagian dari ritual budaya Newari.
**Kuliner Himalaya: Adaptasi Terhadap Kondisi Alam yang Tantangan**
Di wilayah Himalaya yang dingin dan kurang subur, makanan pokoknya adalah soba, millet, jelai, kacang-kacangan, dan beras dataran rendah yang diimpor. Kentang menjadi sumber karbohidrat penting. Karena cuaca dingin, makanan hangat seperti sup, *thukpa*, teh, dan minuman beralkohol kuat sangat digemari. Teh mentega (*butter tea*), yang terbuat dari teh kental, mentega atau *ghyu*, dan garam, menjadi minuman khas. *Tsampa*, tepung gandum yang dicampur dengan teh mentega, menjadi makanan cepat saji untuk perjalanan. Hewan ternak seperti yak, chauri (silangan yak dan sapi), kambing Himalaya, dan domba, menyediakan daging, susu, keju, dan dahi (*yogurt*). Aksesibilitas yang sulit membuat beras dan beberapa bumbu seperti garam harus diimpor melalui jalur udara atau hewan. Hidangan seperti *dhido*, kari kentang, *momo*, *jhol momo*, *mokthuk*, daging yak, kambing, atau domba, susu, *thukpa*, *laping*, dan minuman keras seperti *tongba* (jus millet) menjadi menu sehari-hari.
**Thakali: Kuliner Transisi antara Himalaya dan Dataran Rendah**
*Thakali*, kuliner khas masyarakat Thakali di Lembah Thak-Khola, merupakan kuliner transisi antara Himalaya dan dataran rendah. Lembah ini merupakan jalur perdagangan kuno yang relatif mudah dilalui. Kuliner Thakali lebih banyak menggunakan daging, termasuk daging yak dan sapi yak. Daging sering diiris tipis dan dikeringkan, kemudian ditambahkan ke kari sayuran atau ditumis dengan *ghee*. *Timur-ko-choup*, campuran bubuk cabai merah, lada Sichuan, garam, dan rempah lokal, menjadi bumbu andalan. Bahan pokok seperti soba, jelai, millet, dan *dal* ditanam setempat, sementara beras, jagung, dan *dal* diimpor dari daerah selatan.
**Newari: Perpaduan Rasa dan Perayaan**
Masyarakat Newar, yang awalnya tinggal di Lembah Kathmandu, memiliki kuliner yang kaya dan beragam. Dalam kehidupan sehari-hari, mereka mengkonsumsi makanan khas perbukitan, namun pada acara ritual dan perayaan, kuliner Newari menampilkan variasi yang jauh lebih luas. Daging kerbau menjadi bahan utama, sementara vegetarian dapat menggantinya dengan tahu goreng atau keju cottage. Aneka fermentasi menjadi ciri khas kuliner Newar, berbeda dengan kuliner Pahade/Pahari yang lebih terbatas. Hidangan seperti *Kwāti* (sup berbagai kacang), *kachilā* (daging cincang bersumbu), *chhoylā* (daging kerbau yang direndam bumbu dan dipanggang), *pukālā* (daging goreng), *wo* (kue lentil), *paun kwā* (sup asam), *swan pukā* (paru-paru isi), *syen* (hati goreng), *mye* (lidah rebus dan goreng), *sapu mhichā* (usus isi sumsum tulang), dan *sanyā khunā* (sup ikan jeli) menjadi sajian populer. *Dhau* (yogurt), *sisābusā* (buah-buahan), dan *mari* (manisan) melengkapi hidangan penutup. Minuman beralkohol seperti *thwon* (bir beras) dan *aylā* (minuman lokal) juga dihasilkan secara rumahan.
**Lohorung dan Limbu: Cita Rasa Etnis dari Timur Nepal**
Masyarakat Lohorung dan Limbu di timur Nepal memiliki kekhasan kulinernya masing-masing. Lohorung memiliki hidangan seperti *Wachipa*, *Wamik*, *Masikdaam*, *Sibring*, *Sel roti*, *Bawari*, *Dhule Achar*, *Saruwa*, *Chamre*, *Dibu*, dan lain-lain. Sementara Limbu dikenal dengan *kinema* (kedelai fermentasi), *yangben* (lumut rusa), olahan rebung bambu, roti dari millet atau soba, dan *Limbu Tongba* (bir millet tradisional). Daging babi dan ayam juga dikonsumsi di beberapa daerah timur seperti Dharan.
**Madhesh: Perpaduan Kuliner Dataran Rendah**
Provinsi Madhesh di selatan Pegunungan Sivalik memiliki keragaman kuliner yang dipengaruhi oleh berbagai etnis, termasuk Maithili, Tharu, dan Bhojpuri. Di bagian barat, pengaruh Mughlai-Awadhi terlihat jelas, khususnya di kalangan masyarakat Muslim di sekitar Nepalganj. Hasil pertanian yang melimpah dan impor dari daerah pegunungan menjadikan kuliner Madhesh lebih bervariasi. Buah-buahan seperti mangga (*aap*), leci, pepaya (*armewa/mewa*), pisang (*kera/kela/kola*), dan nangka (*katahar/katahal*) tumbuh subur di sini. Hidangan khas Madhesh meliputi nasi basmati dengan *ghee*, *dal* kacang polong, *tarkari*, *tarua* (sayuran mentah yang dibalur adonan dan digoreng), *papad*, acar mangga/lemon, dan yogurt.
**Tharu: Adaptasi Kuliner Terhadap Perubahan Lingkungan**
Masyarakat Tharu di lembah Terai bagian dalam memiliki sejarah kuliner yang unik. Awalnya, mereka mengandalkan berburu, meramu, dan pertanian berpindah. Namun, dengan perkembangan populasi dan perubahan lingkungan, pola makan mereka berubah. Kini, ikan, kepiting air tawar, udang, dan siput dari sungai dan kolam menjadi sumber protein penting. Mereka juga beternak ayam dan bahkan memburu tikus. *Bagiya* atau *dhikri* (dumpling beras dan lentil) dan *maar* (bubur beras muda) menjadi hidangan khas. Singkong (*taro root*) juga menjadi bahan penting, diolah menjadi *sidhara* (kue singkong, ikan kering, dan kunyit).
**Manisan dan Kudapan Nepal: Sederhana Namun Lezat**
Manisan di Nepal tidak sekompleks di negara lain. Sweets yang sering kali dibuat dari susu, yogurt, dan keju seringkali dinikmati saat sarapan. *Halwa*, puding semolina manis, dan *lal mohan*, dumpling goreng yang direndam dalam sirup manis, menjadi contohnya. *Yomari*, dumpling manis isi wijen dan gula merah, disajikan saat Yomari Purnima. Kudapan meliputi jagung panggang (*khaja*), beras ketukan (*baji* atau *chiura*), kedelai panggang (*bhatmas*), manisan buah kering (*lapsi*), serta jajanan dari India Selatan seperti samosa dan manisan India Selatan. Jajanan internasional juga semakin populer.
**Minuman di Nepal: Dari Teh hingga Minuman Keras Tradisional**
Teh (*chiya*), biasanya dengan susu dan gula, jus tebu (*sarbat*), dan *mahi* (air dadih) menjadi minuman non-alkohol umum. Minuman beralkohol meliputi *rakshi* (arak lokal), *jaand/jard* (bir rumahan dari beras), dan *tongba*, *nigaar*, dan *chhyaang* (bir millet) di daerah pegunungan.
**Achar: Raja Bumbu Nepal yang Bercita Rasa Kaya**
*Achar* (acar) merupakan elemen penting dalam kuliner Nepal, menjadi teman setia *dal bhat tarkari* dan *momo*. Banyak pabrik *achaar* di Nepal dikelola oleh perempuan. Rempah-rempah seperti biji mustard, *timur* (lada Sichuan), bubuk jinten, bubuk ketumbar, bubuk kunyit, dan bubuk cabai menjadi kunci cita rasa *achaar*.
**Pengaruh Budaya Barat dan Tradisi Makan**
Pengaruh budaya Barat semakin terasa di perkotaan Nepal, dengan makanan seperti roti, sereal, bagel, pizza, sandwich, burger, pasta, serta minuman seperti Coca-Cola, Fanta, dan Sprite yang mudah dijumpai. Namun, tradisi makan dengan tangan kanan tetap dipegang teguh di banyak tempat, khususnya di pedesaan. Kebersihan dan kesucian makanan juga sangat diperhatikan, khususnya di kalangan Brahmin dan Chhetri.
Kesimpulannya, kuliner Nepal adalah perpaduan kaya dari berbagai budaya dan tradisi, mencerminkan keragaman geografis dan etnis negara ini. Dari hidangan sederhana namun lezat seperti *dal bhat tarkari* hingga perayaan rasa dalam *Chaurasi Byanjan*, kuliner Nepal menawarkan pengalaman gastronomi yang tak terlupakan bagi setiap penikmatnya. Semoga artikel ini dapat menambah wawasan dan rasa ingin tahu Anda tentang kekayaan kuliner Nepal yang luar biasa.