Posted in

Istri sang Penjelajah Waktu | Lazione Budy

## Ulasan Buku: Istri Sang Penjelajah Waktu – Sebuah Perjalanan Cinta yang Rumit Melintasi Waktu

Audrey Niffenegger’s *Istri Sang Penjelajah Waktu* (The Time Traveler’s Wife) bukanlah novel fiksi ilmiah biasa. Buku setebal 656 halaman ini, yang diterjemahkan dengan apik oleh Ingrid Dwijani Nimpoeno, lebih dari sekadar kisah perjalanan waktu; ia adalah eksplorasi mendalam tentang hubungan, cinta, kehilangan, dan konsekuensi dari sebuah anomali genetik yang luar biasa. Kisah ini, meskipun terkadang terasa lambat dan sedikit membingungkan, tetap memikat berkat karakternya yang kompleks dan gaya penulisan yang memukau.

Buku ini diawali dengan sebuah kutipan bijak dari J.B. Priestley: “….hal itu sekarang telah menjadi bagian sejarah alam semesta yang tak bisa diubah, dan aku tak bisa berbuat apa-apa mengenainya. Jam petunjuk waktu merupakan manajer bank; petugas pajak, dan inspektur polisi kita; jam pasir batiniah ini adalah istri kita.” Kutipan-kutipan di awal setiap bab, meskipun terkadang panjang dan mungkin kurang tepat untuk dikutip kembali, memberikan nuansa filosofis yang memperkaya cerita. Mereka mengingatkan kita pada gaya penulisan novel *Inkheart*, namun dengan kekhasan tersendiri.

Kisah berpusat pada Henry DeTamble, seorang pustakawan yang menderita kelainan genetik langka yang membuatnya dapat berpindah-pindah secara acak melalui waktu. Ia dapat mengunjungi masa lalu dan, di kemudian hari, masa depan. Pertemuan pertamanya dengan Clare Anne Abshire, seorang mahasiswi seni, terjadi ketika Clare masih anak kecil. Usia mereka selalu terpaut delapan tahun, menciptakan dinamika hubungan yang unik dan penuh tantangan. Henry selalu muncul di kehidupan Clare tanpa peringatan, terkadang telanjang karena ia tiba-tiba berpindah waktu tanpa persiapan. Penulis cerdas menggunakan berbagai detail, seperti semak-semak atau handuk, untuk menjaga agar cerita tetap layak sensor.

Hubungan Henry dan Clare berkembang dengan penuh lika-liku. Kehidupan mereka dipenuhi dengan momen-momen pertemuan yang tak terduga, mulai dari kunjungan Henry ke pesta piknik keluarga Clare saat ia berusia 43 tahun hingga kehadirannya saat Clare masih anak kecil. Henry menyaksikan kematian ibunya dalam kecelakaan, suatu kejadian yang ia tak mampu ubah. Ketidakmampuannya untuk mengontrol perjalanan waktu membuatnya menjadi sosok yang tak terduga dan sering kali membuat Clare merasa kesepian dan frustrasi. Ia berulang kali menggarisbawahi ketidakmampuannya untuk mengubah masa lalu: “… Mengetahui semua itu sebelumnya akan menjadikan segalanya… aneh. Lagi pula, kau tak bisa mengubah apa-apa.” Bahkan ingatannya sendiri pun terpengaruh oleh perjalanannya yang tak menentu, seperti yang ia gambarkan: “Lucu juga bagaimana ingatan kita terkikis. Jika aku harus mulai dari ingatan tentang masa kecilku, pengetahuanku tentang ibuku pudar dan kabur, hanya beberapa saat yang masih kuingat jelas.”

Pernikahan mereka, yang dipenuhi cinta, juga diwarnai oleh kesedihan. Keguguran berulang kali akibat gen Henry yang bermasalah menjadi ujian berat bagi hubungan mereka. Keinginan untuk memiliki anak, seperti keluarga pada umumnya, menjadi mimpi yang sulit digapai, hingga akhirnya mereka berhasil memiliki seorang anak perempuan, Alba, yang mewarisi gen unik ayahnya. Niffenegger dengan mahir menggambarkan kompleksitas hubungan mereka dengan kalimat yang penuh makna: “Pilihan-pilihan yang kita hadapi di sini adalah sepotong alam semesta, di mana masa lampau, masa sekarang, dan masa depan hadir secara simultan dan segala sesuatu telah terjadi; kekacauan, di mana segalanya bisa terjadi dan tak ada yang bisa diramalkan karena kita tak tahu semua variabelnya.”

Konflik semakin menegangkan saat Alba berusia sepuluh tahun dan Henry, yang kini mampu menjelajahi masa depan, mengetahui takdir pahitnya: ia akan meninggal ketika Alba masih berusia lima tahun. Detail kematiannya terselubung misteri, tetapi jelas bahwa ini merupakan adegan klimaks yang penuh drama. Kehadiran Henry yang tiba-tiba dan kepergiannya yang tak terduga dibandingkan dengan karakter Kucing Cheshire di *Alice in Wonderland*: “Orang tak muncul dan menghilang seperti yang kaulakukan. Kau bagai Kucing Cheshire dalam buku Alice in Wonderland.”

Meskipun bukan novel *sci-fi* yang berat secara ilmiah, *Istri Sang Penjelajah Waktu* lebih menekankan pada aspek drama dan hubungan antarmanusia. Buku ini hampir menyerempet ke genre *romance* yang membosankan seperti *Twilight*, namun berhasil dijauhi berkat kedalaman emosi dan pengembangan karakter yang lebih kompleks. Meskipun terdapat beberapa kalimat yang terkesan kurang tepat, kekuatan buku ini terletak pada kemampuannya untuk menggali tema-tema universal seperti cinta, kehilangan, dan penerimaan. Perjalanan panjang membaca buku ini (lebih dari setahun bagi penulis ulasan ini!) terbayar lunas dengan akhir cerita yang menggugah pikiran.

Salah satu elemen yang paling menarik adalah filosofi lari yang dianut Henry. Lari baginya bukan sekadar olahraga, tetapi sebuah metafora untuk kehidupan: “Lari memiliki banyak arti bagiku: kelangsungan hidup, ketenangan, kegembiraan, kesendirian. Ini merupakan bukti keberadaanku secara jasmaniah, kemampuan mengontrol gerakanku melalui ruang, waktu, dan kepatuhan akan kehendak, walaupun hanya untuk sementara.” Ini menegaskan bahwa buku ini lebih dari sekadar cerita fiksi ilmiah; ia adalah sebuah refleksi tentang kehidupan manusia dalam segala kompleksitasnya.

Kesimpulannya, *Istri Sang Penjelajah Waktu* adalah sebuah novel yang kompleks dan menawan, meskipun terkadang terasa lambat. Ia merupakan bacaan yang memuaskan bagi mereka yang menyukai cerita cinta yang penuh tantangan dan eksplorasi filosofis tentang waktu dan hubungan manusia. Meskipun skor keseluruhannya 3.5/5, buku ini tetap layak dibaca dan akan membekas dalam ingatan pembaca.

**Informasi Buku:**

* **Judul:** Istri Sang Penjelajah Waktu (The Time Traveler’s Wife)
* **Penulis:** Audrey Niffenegger
* **Penerjemah:** Ingrid Dwijani Nimpoeno
* **Penerbit:** Gramedia Pustaka Utama
* **Tahun Terbit:** Mei 2007
* **ISBN-10:** 979-22-2855-1
* **ISBN-13:** 978-979-22-2855-7

**Kata Kunci SEO:** Istri Sang Penjelajah Waktu, The Time Traveler’s Wife, Audrey Niffenegger, review buku, ulasan buku, fiksi ilmiah, romance, perjalanan waktu, hubungan, cinta, kehilangan, keluarga, novel, Gramedia Pustaka Utama, Ingrid Dwijani Nimpoeno.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *